Mau tambahan gaji hingga 21 juta?...... Sebenarnya ada cara yang bisa membuat kamu memiliki penghasilan tambahan dalam arti dibayar tinggi oleh perusahaan/istansi tempat kamu bekerja.
sumber gambar: bisnis.liputan6.com
Namun ada syaratnya jika kamu ingin mendapatkan hal tersebut, dimana kamu harus meningkatkan skill ini segera mungkin agar kamu bisa digaji hingga 21 juta.
Kira-kira apa skill tersebut, silahkan baca liputan yang bersumber dari situs Karir ITB yang telah panduan karir pilih untuk kamu para calon/pekerja. Sebenarnya liputan ini sudah lama terbit, namun masih sangat relevan untuk saat ini bahkan untuk masa-masa mendatang sekalipun.
Berikut liputannya.
Hari Sabtu, 6 Juli 2013 lalu, tim ITB Career Center berkesempatan meliput Career Workshop yang diselenggarakan oleh kantor Career Service SBM ITB. Pematerinya adalah Pak J.S. Kurnia, SE, MBA, Chief of Marketing & Training dari Skill Institute. Peserta workshop mendapatkan berbagai informasi dari bagaimana menentukan karir yang sesuai sejak dini hingga tips agar dapat memiliki daya saing tinggi dalam meraih karir impian. Salah satu cerita menarik yang disampaikan Pak Kurnia adalah tentang kemampuan Bahasa Inggris yang menentukan nasib seorang pencari kerja dalam proses rekrutmen.
Pak Kurnia menceritakan cuplikan wawancara di sebuah perusahaan nasional. Kisah ini nyata terjadi:
Seorang pelamar lolos hingga tahap wawancara. Di hari yang ditentukan, pelamar tadi datang ke lokasi wawancara dan dipersilakan untuk menemui tim pewawancara yang terdiri dari tiga orang. Para pewawancara memperkenalkan diri dalam Bahasa Inggris dan mengajukan pertanyaan standar pertama dalam wawancara: “Tell us about yourself.”
Pak Kurnia melanjutkan kisah si pelamar sambil berkelakar: Mungkin karena si pelamar merasa, 1) Bahasa Inggris si pewawancara tidaklah persis seperti bule, bahkan ada sedikit logat Jawa Tegalnya, 2) ia tidak pede dengan cas-cis-cus Bahasa Inggrisnya, 3) semua pewawancara berkulit sawo matang alias orang Indonesia semua, tidak ada bulenya, maka ia pun memberanikan diri bertanya, “Pak, Bu, kira-kira boleh tidak kalau wawancaranya dalam Bahasa Indonesia saja?”
Para pewawancara menjawab, “Boleh, tentu saja.”
Maka dilanjutkanlah wawancara tersebut dalam Bahasa Indonesia. Si pelamar tentu merasa lega. Namun, justru di sinilah letak kekeliruan pelamar tersebut, sebuah kekeliruan yang bisa dibilang kerap terjadi di mana-mana.
Wawancara itu–percaya atau tidak, selesai hanya dalam waktu lima menit. Setelahnya, si pelamar berjabat tangan dengan pewawancara, yang diiringi dengan ucapan pewawancara, “Terima kasih atas waktunya.“
Menurut Pak Kurnia, kalimat itu dibaca: “Anda (sudah dipastikan) tidak akan kami panggil ke tahap selanjutnya.”
Mari kita telaah sejenak contoh tersebut. Mungkin ini juga dapat membantu anda dalam mengevaluasi berbagai proses rekrutmen yang sudah anda jalani:
Itu berarti tak hanya surat lamaran serta CV saja yang anda poles dengan Bahasa Inggris yang mengkilap. Dalam tahap rekrutmen selanjutnya, kemampuan komunikasi Bahasa Inggris anda pun diharapkan semengkilap surat lamaran anda. Dan tentu saja, klaim anda akan diuji kebenarannya. Salah satunya, ya, dalam proses wawancara.
Pak Kurnia bercerita bahwa beliau menjalin kerja sama dengan suatu universitas negeri ternama di daerah Bandung untuk mengembangkan Program Persiapan Karir. Dalam diskusinya membahas program tersebut, pihak universitas menceritakan berbagai kondisi karir alumninya selepas mereka wisuda. “Pak Kurnia, kami dari universitas turut senang. Alumni kami banyak yang bekerja di Singapura, terutama yang berasal dari program internasional. Gaji mereka besar, sekitar 3000 dolar Singapura. Kalau dalam kurs sekarang, kira-kira setara dengan 24 juta rupiah per bulan. Kami sangat bangga.”
Pak Kurnia mengiyakan. Tapi informasinya ternyata tidak hanya sampai di situ. “Namun Pak, kami prihatin juga dengan alumni kami yang bekerja di Bandung. Ada yang diterima bekerja dengan gaji kecil, hanya 1.5 – 2 juta per bulan. Ada juga yang lumayan, gajinya sekitar 3 juta-an per bulan. Tapi tetap saja, kesenjangannya sangat besar jika dibandingan dengan penghasilan alumni kami yang bekerja di Singapura,” tutur pihak universitas.
Penasaran, Pak Kurnia mencari tahu tentang kisaran gaji di Singapura. Mantan profesional di bidang Farmasi ini mencari data kisaran gaji di Singapura dari Kelly Services, yang rutin melakukan survei gaji dari berbagai sektor industri di penjuru dunia tiap tahunnya. Benar, seperti yang disampaikan pihak universitas, gaji yang diterima alumninya berada dalam kisaran tersebut. Bahkan angka 3000 dolar Singapura itu termasuk di bagian bawah dari rentang gaji yang dapat diterima alumni, dalam contoh ini, di bidang Farmasi.
Dalam contoh yang disampaikannya, Pak Kurnia mencari data kisaran gaji di industri Farmasi di Singapura tahun 2011/2012 untuk pekerja dengan pengalaman 1 – 3 tahun:
Pak Kurnia menceritakan cuplikan wawancara di sebuah perusahaan nasional. Kisah ini nyata terjadi:
Seorang pelamar lolos hingga tahap wawancara. Di hari yang ditentukan, pelamar tadi datang ke lokasi wawancara dan dipersilakan untuk menemui tim pewawancara yang terdiri dari tiga orang. Para pewawancara memperkenalkan diri dalam Bahasa Inggris dan mengajukan pertanyaan standar pertama dalam wawancara: “Tell us about yourself.”
Pak Kurnia melanjutkan kisah si pelamar sambil berkelakar: Mungkin karena si pelamar merasa, 1) Bahasa Inggris si pewawancara tidaklah persis seperti bule, bahkan ada sedikit logat Jawa Tegalnya, 2) ia tidak pede dengan cas-cis-cus Bahasa Inggrisnya, 3) semua pewawancara berkulit sawo matang alias orang Indonesia semua, tidak ada bulenya, maka ia pun memberanikan diri bertanya, “Pak, Bu, kira-kira boleh tidak kalau wawancaranya dalam Bahasa Indonesia saja?”
Para pewawancara menjawab, “Boleh, tentu saja.”
Maka dilanjutkanlah wawancara tersebut dalam Bahasa Indonesia. Si pelamar tentu merasa lega. Namun, justru di sinilah letak kekeliruan pelamar tersebut, sebuah kekeliruan yang bisa dibilang kerap terjadi di mana-mana.
Wawancara itu–percaya atau tidak, selesai hanya dalam waktu lima menit. Setelahnya, si pelamar berjabat tangan dengan pewawancara, yang diiringi dengan ucapan pewawancara, “Terima kasih atas waktunya.“
Menurut Pak Kurnia, kalimat itu dibaca: “Anda (sudah dipastikan) tidak akan kami panggil ke tahap selanjutnya.”
Mari kita telaah sejenak contoh tersebut. Mungkin ini juga dapat membantu anda dalam mengevaluasi berbagai proses rekrutmen yang sudah anda jalani:
- Ketika pewawancara menyapa dan berbicara dengan Bahasa Inggris, itu merupakan indikasi bahwa kemampuan komunikasi dalam Bahasa Inggris memang penting di pekerjaan yang anda lamar.
- Bila lowongan pekerjaan yang anda lamar ditulis dalam Bahasa Inggris, itu juga merupakan tanda yang jelas bahwa kemampuan berkomunikasi Bahasa Inggris penting dalam pekerjaan tersebut.
- 3) Bila dalam lowongan tercantum kalimat seperti, “Good/excellent command in English”, “Able to communicate in English fluently”, “Minimum TOEFL/TOIEC score…”, itu merupakan penanda eksplisit, gamblang, terang-terangan, bahwa kemampuan Bahasa Inggris adalah syarat yang penting untuk melamar ke pekerjaan tersebut.
Itu berarti tak hanya surat lamaran serta CV saja yang anda poles dengan Bahasa Inggris yang mengkilap. Dalam tahap rekrutmen selanjutnya, kemampuan komunikasi Bahasa Inggris anda pun diharapkan semengkilap surat lamaran anda. Dan tentu saja, klaim anda akan diuji kebenarannya. Salah satunya, ya, dalam proses wawancara.
***
Pak Kurnia bercerita bahwa beliau menjalin kerja sama dengan suatu universitas negeri ternama di daerah Bandung untuk mengembangkan Program Persiapan Karir. Dalam diskusinya membahas program tersebut, pihak universitas menceritakan berbagai kondisi karir alumninya selepas mereka wisuda. “Pak Kurnia, kami dari universitas turut senang. Alumni kami banyak yang bekerja di Singapura, terutama yang berasal dari program internasional. Gaji mereka besar, sekitar 3000 dolar Singapura. Kalau dalam kurs sekarang, kira-kira setara dengan 24 juta rupiah per bulan. Kami sangat bangga.”
Pak Kurnia mengiyakan. Tapi informasinya ternyata tidak hanya sampai di situ. “Namun Pak, kami prihatin juga dengan alumni kami yang bekerja di Bandung. Ada yang diterima bekerja dengan gaji kecil, hanya 1.5 – 2 juta per bulan. Ada juga yang lumayan, gajinya sekitar 3 juta-an per bulan. Tapi tetap saja, kesenjangannya sangat besar jika dibandingan dengan penghasilan alumni kami yang bekerja di Singapura,” tutur pihak universitas.
Penasaran, Pak Kurnia mencari tahu tentang kisaran gaji di Singapura. Mantan profesional di bidang Farmasi ini mencari data kisaran gaji di Singapura dari Kelly Services, yang rutin melakukan survei gaji dari berbagai sektor industri di penjuru dunia tiap tahunnya. Benar, seperti yang disampaikan pihak universitas, gaji yang diterima alumninya berada dalam kisaran tersebut. Bahkan angka 3000 dolar Singapura itu termasuk di bagian bawah dari rentang gaji yang dapat diterima alumni, dalam contoh ini, di bidang Farmasi.
Dalam contoh yang disampaikannya, Pak Kurnia mencari data kisaran gaji di industri Farmasi di Singapura tahun 2011/2012 untuk pekerja dengan pengalaman 1 – 3 tahun:
sumber : karir.itb.ac.id
Rentang gaji yang diterima pekerja dengan pengalaman 1 – 3 tahun di bidang Farmasi ternyata mulai dari SGD 2800 hingga SGD 4500. Jadi benar bahwa gaji SGD 3000 itu termasuk di level bawah. Potensi gaji yang bisa diterima ternyata lebih dari itu.
Pak Kurnia pun mengusulkan pada pihak universitas, “Kalau begitu, Pak, para alumni yang bekerja di Bandung dengan gaji minim tersebut, melamar kerja saja ke Singapura.”
Jawab pihak universitas, “Ya itu Pak, masalahnya. Bahasa Inggris mereka…”
Kepada para peserta career workshop, Pak Kurnia menegaskan, “Dari contoh tersebut, kita dapat belajar bahwa kemampuan berkomunikasi yang baik dalam Bahasa Inggris bisa memberi tambahan du-wa-pu-luh-sa-tu-ju-ta-rupiah pada gaji yang diterima. Dari segi kualitas lulusan, mungkin yang bekerja di Bandung dan yang bekerja di Singapura tidak ada bedanya. Namun satu aspek yang memberikan perbedaan besar bagi penghasilan mereka adalah kemampuan berkomunikasi dalam bahasa asing.”
***
Kemampuan berkomunikasi dalam bahasa asing yang baik, dalam hal ini Bahasa Inggris, dapat dikatakan merupakan sebuah syarat yang tak dapat ditawar lagi jika anda ingin memiliki daya saing dalam dunia kerja profesional dan karir secara umum. Dengan banyaknya peluang karir yang ada di sekitar kita, tentunya kita ingin mendapatkan karir terbaik dengan imbal penghasilan dan fasilitas yang terbaik pula. Namun tentu saja ada harga yang harus dibayar: salah satunya kemampuan berkomunikasi dalam bahasa asing yang memadai, bahkan mumpuni.
sumber gambar: karir.itb.ac.id
Menurut Pak Kurnia, sederhananya: kemampuan berkomunikasi dalam Bahasa Inggris anda, jika bagus, harganya bisa 21 juta rupiah. Itu baru di Singapura dengan jenjang karir awal hingga menengah. Untuk jenjang karir lebih tinggi ataupun di berbagai negara lainnya, bisa jadi lebih.
Jadi, tunggu apa lagi?
Nah itulah skill yang harus kamu miliki jika ingin mendapat gaji hingga 21 juta. Semoga dengan liputan ini menambah semangat kamu untuk mempelajari skill bahasa asing, aamiin.
Jika postingan ini dirasa bermanfaat silahkan share ke teman atau kerabat kamu sehingga lebih banyak yang tahu, terimakasih sudah berkunjung. Salam sukses!.
Mungkin kamu tertarik: 7 Tips Untuk Lulusan Baru Agar Cepat Dapat Kerja
EmoticonEmoticon